Kontra-Produktif Membenci Kaum Orientalis: Celah Kemunduran Berpikir Umat Islam

Ditulis oleh: Alfian Muslim Pris Firdaus 


Editor: Elly


Ilustrasi Budaya Timur | Sumber: Pinterest 

Saya kadang sering mendengar dari teman-teman tentang seorang orientalis yang kalau kata mereka, orientalis adalah orang yang jahat, para cendekiawan yang suka mencari celah dalam Islam dan ingin menghancurkan Islam, melalui karya-karya tulis mereka yang memprovokasi dan sangat menyesatkan. Para orientalis tersebut digambarkan oleh mereka menjadi sosok kontra, sangat anti Islam, pembenci Islam, penghancur, Penista dan lain sebagainya yang akhirnya mereka pun membenci orientalis dan tidak mau membaca karya-karyanya.

Namun, apakah benar demikian? Sebenarnya apa sih orientalis itu, siapa mereka? Apakah mereka benar-benar seburuk itu? Haruskah kita membenci mereka?

Ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Orientalis sebelum kita bisa menilai mereka, agar kita tidak hanya bisa berbicara akan tetapi juga mengetahui apa itu Orientalisme.

Pengertian Orientalisme

Orientalisme berasal dari kata orient dan isme. Kata orient (Latin: orin) berarti terbit, ada juga yang mengartikan mempelajari dan mencari sesuatu. Dalam bahasa Inggris kata ini diartikan direction of rising sun (arah terbitnya matahari dari belahan timur) yang Secara geografis, maka kata ini mengarah pada negeri-negeri belahan timur, sebagai arah terbitnya matahari dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa timur. 

Secara luas kata orient juga berarti negeri-negeri itu terentang dari kawasan timur dekat, yang meliputi Turki dan sekitarnya hingga timur jauh yang meliputi Jepang, Korea dan Indonesia, dan dari selatan hingga republik-republik muslim bekas Uni Soviet serta kawasan Timur Tengah hingga Afrika Utara. Kata isme berasal dari Bahasa Belanda (Latin: isma, Inggris: ism) yang berarti a doctrine, theory or system (pendirian, keyakinan dan sistem). Oleh karena itu, secara etimologis orientalisme dapat diartikan sebagai ilmu tentang ketimuran atau studi tentang dunia timur. Kata Orientalis berasal dari bahasa Inggris orientalist yang mengandung pengertian orang yang mempelajari seni, bahasa dan lain-lain yang berkenaan dengan negara-negara Timur. 

Jadi dapat disimpulkan dalam tataran etimologis, bahwa orientalisme adalah paham tentang ketimuran, sedangkan orientalis adalah orang yang melakukan studi ketimuran atau yang membawa paham tersebut.

Secara terminologis, orientalis adalah sifat umum nama pelaku atau ahli-ahli ketimuran, artinya dalam beberapa hal siapapun orangnya apakah ia muslim atau non-muslim, apabila ia telah luas pengetahuannya tentang ketimuran, maka ia sering dikategorikan secara langsung sebagai orientalis. 

Pada perkembangannya para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi mengenai orientalis. Semua pendapat mereka sejauh pemahaman penulis terbagi menjadi tiga kelompok, dan berkutat pada pembahasan seputar apakah para pengkaji ketimuran tersebut harus dari Barat, atau bisa siapa saja, apakah mempunyai maksud buruk, atau kepentingan politik, dan sebagainya. Berikut akan kami jabarkan ketiga kelompok tersebut, mulai dari definisi yang umum dan khusus.

1. Kelompok pertama : Definisi yang umum yakni studi tentang ketimuran baik yang dilakukan oleh Barat maupun Timur, seperti yang dipaparkan oleh Prof. Dr. H Muhammad Amien Rais, M.A.bahwa orientalis adalah semua orang yang telah luas pengetahuannya tentang bahasa-bahasa Timur beserta kesusastraannya.

2. Kelompok kedua : Definisi bahwa para orientalis hanya terbatas pada sarjana-sarjana barat. Seperti yang diungkapkan oleh Hasan Hanafi yakni orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa-bahasa dunia Timur dan kesusastraannya, dan mereka menaruh perhatian besar terhadap agama-agama dunia Timur; sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmu-ilmunya. Disamping itu meski dia muslim atau tidak, objektif atau tidak, jika dia sarjana barat dan melakukan studi ketimuran maka disebut orientalis

3. Kelompok ketiga : Definisi yang mengerucut pada dunia Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Musthafa al-Damiry yakni orientalisme itu adalah, kegiatan yang berlabelkan akademis yang dilakukan oleh orang-orang Barat kafir tentang Islam dan Umatnya dari seluruh aspek, baik yang berhubungan dengan akidah, syariah, budaya, peradaban, sejarah, undang-undang, dengan tujuan ingin mengaburkan (tasywih) makna-makna Islam yang benar, membuat keraguan serta menyesatkan Umat Islam.

Menanggapi Orientalis Secara Bijak

Dari ketiga kelompok definisi diatas penulis pribadi lebih setuju menggunakan definisi nomor 1 dan 2. Adapun definisi nomor 3 penulis rasa itu terlalu berlebihan, dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap para ahli tersebut. Memang jika kita perhatikan, beberapa orientalis memang dengan sengaja menghina Islam, memberikan pemahaman yang sesat tentang Islam, mendiskreditkan budaya ketimuran yang dianggap tidak beradab, buruk dan lain sebagainya yang intinya penilaian mereka banyak salah terhadap Islam atau dunia Timur. Akan tetapi harus kita akui pada faktanya tidak semua orientalis itu seperti itu, beberapa dari mereka sangat objektif dalam memahami Islam, bahkan memberikan sumbangsih yang luar biasa terhadap karya-karya warisan Cendekiawan Muslim. Bagi penulis dengan definisi pertama dan kedua, semua tindakan mereka tetap masuk di dalamnya, jika mereka berniat sengaja menjelekkan Islam atau tidak sengaja karena ketidaktahuan mereka serta tidak memahami Islam dengan benar, bagi penulis sama saja mereka hanya tidak tahu, dan salah pemahaman, atau mereka hanya belum mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Karena, jika mereka telah mendapatkan hidayah tentu mereka tidak akan berniat untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Berikut penulis ingin menunjukkan beberapa orientalis yang dinilai merugikan Islam dan juga para orientalis yang berjasa bagi Islam.

1. Reynold A. Nicholson. Seorang orientalis Inggris terkemuka yang berjasa menerjemahkan Matsnawi, salah satu karya warisan Cendekiawan Muslim bernama Jalaluddin Rumi. Matsnawi berisi Syi'ir-syi'ir Rumi berbahasa Persia yang berjumlah 40.000 bait (menurut Encyclopaedia Britanica vol. XIX, 1952). Nicholson menerjemahkan Matsnawi ke dalam bahasa Inggris selama 20 Tahun (1925-1940). 

2. Arnold John Wensink. Seorang orientalis yang menyusun kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi. Kitab yang ditulis oleh para orientalis ini sangat berguna dalam studi ilmu hadis, kitab ini begitu populer di kalangan umat muslim untuk men-takhrij sebuah hadis. Proses penyusunan kitab ini secara kolektif dengan sebuah tim yang beranggotakan sekitar 51 pakar atau orientalis dan memakan waktu sekitar 33 tahun.

3. H.A.R Gibb. Orientalis Sarjanawan Universitas London, ia mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah karangan Nabi Muhammad, dalam karyanya Mohammedanism.

4. Theodore Noldeke. Seorang orientalis asal Jerman yang ingin membuktikan bahwasanya apa yang diyakini umat muslim selama ini salah. Ia meyakini bahwa Al-Qur'an tidak orisinal. Nabi Muhammad adalah seorang yang pandai dalam seni menulis dan berilmu, serta agama yang dibawa Muhammad adalah produk yang diambil dari agama Kristen dan Yahudi.

5. Margaret Marcus. Seorang orientalis perempuan asal Amerika, sarjana Universitas New York. Dia adalah salah satu orientalis yang objektif dalam memandang Islam. Dia bahkan banyak membantah tuduhan-tuduhan para orientalis lain yang dinilai salah dalam memahami Islam dalam salah satu karyanya Islam dan Orientalis. Para orientalis yang pernah dikritik olehnya seperti Dr. Kenneth Cragg, Theodore Noldeke, Herman Cohen.

Ada banyak sekali orientalis yang objektif dan ada banyak juga yang Subyektif dalam memahami Islam. Para orientalis tersebut banyak dibenci oleh kaum muslimin karena banyak yang seringkali terlihat adalah mereka yang mengatakan hal-hal yang salah tentang Islam, diantaranya lebih parah bahkan menghina Nabi Muhammad Saw. 

Poin penting dari tulisan ini adalah penulis ingin mengajak para pembaca agar menanggapi Orientalis Secara Bijak, yakni dengan tidak membenci mereka secara personal atau secara ekstrim serta menyamaratakan mereka semua hingga tidak mau membaca karya-karya mereka. Membenci boleh-boleh saja, asal membenci perilaku atau karya-karya mereka, tanpa antipati dan membenci sosok personal mereka. Barang kali Allah SWT ingin mengingatkan kita agar kita tidak lalai dan terus belajar mendalami agama Islam dengan benar. Para orientalis tersebut seperti Boomerang bagi kita, yang mana jika kita tidak mau mempelajari agama Islam dengan serius, kita tidak akan bisa menangkap Boomerang tersebut. Adalah belajar, merupakan satu-satunya cara yang tepat untuk membalas mereka, juga agar kita tidak dibodoh-bodohi. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda "Ulama adalah penerus para Nabi", jika kita ingin terus meneruskan ajaran Nabi maka kita harus menjadi orang yang berilmu dan beramal Shalih. Sekian semoga bermanfaat.

0 Komentar