Doc. Arrisalah
Menyajikan
informasi dengan apa adanya adalah peran media. Persoalan opini masyarakat yang
tergiring adalah dampak dari kekuatan media. Media memiliki paradigma ganda,
artinya redaksi menganggap informasi yang diberikan kepada publik semata-mata
untuk kepentingan masyarakat agar mereka mengetahui suatu fenomena yang terjadi
di suatu tempat. Di lain pihak, pemberitaan tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan tertentu seperti penggiringan opini, itulah yang disebut paradigma
ganda.
Efek
media begitu kuat dan kepercayaan masyarakat begitu tinggi pada informasi yang
disampaikan oleh media.
Perang Media dan Kecenderungan Masyarakat Terhadap Media Sosial
Jika
mempertimbangkan tingkat kebenaran informasi, Moefad selaku pakar komunikasi
dan dosen UIN Sunan Ampel Surabaya menyarankan, masyarakat harusnya lebih
percaya dengan media massa bukan media sosial (medsos). Sebab, terkadang sumber
pemberitaan yang disampaikan lewat medsos tidaklah jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam
medsos sendiri sering terjadi manipulasi informasi sehingga yang menjawab benar
tidaknya informasi yang disampaikan hanyalah fanatisme. Saat ini pertarungan
medsos dengan media massa begitu kuat.
Media
sosial seolah mampu merenggut penggemar media massa. Sebab, medsos hadir dengan
fitur yang memanjakan masyarakat dengan dimudahkannya pengaksesan segala
informasi yang serba cepat dengan hanya mengetikkan informasi apa yang ingin
diketahui.
Berbeda
dengan media massa, masyarakat hanya dapat menikmati apa yang telah disuguhkan
oleh pihak media massa tanpa bisa memilih. Hal inilah yang membuat masyarakat
beralih dari media massa ke media sosial yang dianggap lebih fleksibel dengan
waktu dan kebutuhan masyarakat
Media Massa Mulai Terlihat Lebih Cenderung pada Satu Pihak.
Fenomena kecenderungan media massa yang
terlihat lebih sering memberitakan satu pihak dinilai oleh masyarakat sebagai
pelanggaran keberimbangan dalam pemberitaan media. Sebenarnya apa yang
dimainkan oleh media adalah bahasa jurnalistik. “Kecondongan media itu pasti,
karena dalam media sendiri ada pembahasan ekonomi media untuk keberlangsungan
media tersebut,” pungkas Moefad.
Fenomena
media massa yang cenderung lebih sering memberitakan satu pihak tidaklah
menyalahi keberimbangan dalam kode etik jurnalistik.
Menurut
Moefad, netral atau keberimbangan dalam media tidak hanya terukur dengan
kuantitas seberapa banyak suatu pihak diberitakan, akan tetapi seperti apa
permainan bahasa dalam penyampaian suatu berita yang digunakan.
Media Sosial Menyalahi Asas Rahasia dalam Pesta Demokrasi?
Medsos
adalah media yang menjadi ladang pemberitaan tanpa parameter. Parameter
kebenaran berita medsos hanya tergantung selera pembacanya. Dari sanalah
seseorang mulai banyak yang berkampanye dan menyatakan pilihanya lewat medsos.
Hal tersebut tidak melanggar asas rahasia dalam Luber Jurdil (langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).
Sejatinya,
pernyataan rahasia ditempatkan ketika seseorang berada di Tempat Pemungutan
Suara (TPS) bukan di luar TPS. Menurut Moefad, dalam konteks ini asas rahasia
tersebut sudah tidak relevan dengan perkembangan medsos yang begitu pesat.
Datangnya medsos seolah mempersempit dunia dan akses informasi yang seharusnya
menjadi rahasia seseorang.
Tugas
media adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan apa yang terjadi. Masyarakat
harus cerdas dalam menyikapi informasi.
Edukasi masyarakat terhadap literasi untuk melek media sangatlah penting.
(Syafik)
0 Komentar