(Doc. Arrisalah)
Ratusan Mahasiswa Baru (Maba) menggelar aksi damai di halaman selatan Twin Tower UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (15/08). Maba yang terdiri dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) juga sempat melakukan aksi lempar koin.
Dengan penjaga ketat dari satpam dan menwa, massa aksi menyanyikan lagu-lagu kemahasiswaan sejak dari halaman utama Twin Tower yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019 hingga ke titik aksi yakni di halaman selatan Twin Tower.
Dalam perjalanannya, sempat terjadi aksi dorong mendorong antara massa aksi dengan Wadek III FSH. Usai sampai di titik aksi dan melakukan orasi, massa aksi kemudian melakukan aksi lempar koin.
Koordinator aksi dari FSH Ery Mahmudi menjelaskan, alasan para massa aksi menggelar aksi lempar koin adalah semata-mata sebagai bentuk kekecewaan terhadap pelaksanaan PBAK, "Pelaksanaan PBAK ini banyak sekali kekurangannya, salah satu yang paling signifikan adalah persoalan Tempat yang digunakan, kalau memang ini berdasarkan evaluasi atas pelaksanaan PBAK tahun lalu, ini tidak tepat," kata Ery.
Ia juga memaparkan filosofi melempar koin ke gedung rektorat, yakni bentuk penggambaran layaknya jemaah haji yang melempar jumroh saat ibadah haji sebagaimana simbol untuk mengusir setan.
“Kami melempar koin-koin untuk mengusir setan-setan birokrasi kampus," papar Ery.
Ia melanjutkan, bahwa tujuan aksi damai ini semata-mata sebagai bentuk refleksi dari mahalnya Uang Kuliah Tunggal UINSA saat ini. Ada persoalan-persoalan yang memang harus diselesaikan secara bersama-sama dengan melibatkan unsur mahasiswa. Contohnya yakni fasilitas selama pelaksanaan PBAK yang sangat tidak layak dan sebanding dengan UKT yang diterima oleh maba (Mahasiswa Baru).
"Kami sebenarnya hanya ingin menunjukkan bahwasannya kami merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan membayar UKT yang sebesar ini, akan tetapi fasilitas yang kami nikmati sangat tidak sebanding," urainya.
Disinggung apakah akan ada aksi lanjutan karena tidak ditemui oleh Warek III UINSA, ia menjawab diplomatis, "Mungkin bisa, apabila memang nantinya dari pihak rektorat ini tidak ada evaluasi untuk masalah ini akan ada gerakan susulan," imbuhnya.
Mengenai salah satu pejabat fakultas yang menghadang jalannya aksi damai, ia sangat menyesalkan hal itu, "Sangat memprihatinkan sekali apabila memang kami yang ingin menyampaikan aspirasi kepada birokrasi kampus itu tidak diperbolehkan. Itu ngeri sekali," pungkasnya.
Massa pun mengakhiri aksinya sekitar pukul 16.45 WIB dengan tertib. Sebelumnya sempat ada respon dari pihak Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) yang berjanji akan meneruskan aspirasi ini kepada pihak rektorat.
Salah satu maba FSH yang merasakan keberatan dengan jumlah nominal UKT yang didapatnya jika tidak bisa turun, ia akan melakukan usaha untuk meringankannya, “Tapi jika ada demo lagi, ya saya ikut,” pungkas Arikal.
Yang lain, Affan mahasiswa Ushuluddin mendukung adanya aksi sore itu, “Sangat mendukung mahasiswa yang keberatan dengan UKTnya,” ia juga berpendapat bahwa aksi tersebut sebagian bentuk untuk mahasiswa menyuarakan aspirasi dan menuntut hak yang seharusnya dipenuhi oleh pihak birokrat kampus.
(Bur/Fat/Yaz)
Dengan penjaga ketat dari satpam dan menwa, massa aksi menyanyikan lagu-lagu kemahasiswaan sejak dari halaman utama Twin Tower yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019 hingga ke titik aksi yakni di halaman selatan Twin Tower.
Dalam perjalanannya, sempat terjadi aksi dorong mendorong antara massa aksi dengan Wadek III FSH. Usai sampai di titik aksi dan melakukan orasi, massa aksi kemudian melakukan aksi lempar koin.
Koordinator aksi dari FSH Ery Mahmudi menjelaskan, alasan para massa aksi menggelar aksi lempar koin adalah semata-mata sebagai bentuk kekecewaan terhadap pelaksanaan PBAK, "Pelaksanaan PBAK ini banyak sekali kekurangannya, salah satu yang paling signifikan adalah persoalan Tempat yang digunakan, kalau memang ini berdasarkan evaluasi atas pelaksanaan PBAK tahun lalu, ini tidak tepat," kata Ery.
Ia juga memaparkan filosofi melempar koin ke gedung rektorat, yakni bentuk penggambaran layaknya jemaah haji yang melempar jumroh saat ibadah haji sebagaimana simbol untuk mengusir setan.
“Kami melempar koin-koin untuk mengusir setan-setan birokrasi kampus," papar Ery.
Ia melanjutkan, bahwa tujuan aksi damai ini semata-mata sebagai bentuk refleksi dari mahalnya Uang Kuliah Tunggal UINSA saat ini. Ada persoalan-persoalan yang memang harus diselesaikan secara bersama-sama dengan melibatkan unsur mahasiswa. Contohnya yakni fasilitas selama pelaksanaan PBAK yang sangat tidak layak dan sebanding dengan UKT yang diterima oleh maba (Mahasiswa Baru).
"Kami sebenarnya hanya ingin menunjukkan bahwasannya kami merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan membayar UKT yang sebesar ini, akan tetapi fasilitas yang kami nikmati sangat tidak sebanding," urainya.
Disinggung apakah akan ada aksi lanjutan karena tidak ditemui oleh Warek III UINSA, ia menjawab diplomatis, "Mungkin bisa, apabila memang nantinya dari pihak rektorat ini tidak ada evaluasi untuk masalah ini akan ada gerakan susulan," imbuhnya.
Mengenai salah satu pejabat fakultas yang menghadang jalannya aksi damai, ia sangat menyesalkan hal itu, "Sangat memprihatinkan sekali apabila memang kami yang ingin menyampaikan aspirasi kepada birokrasi kampus itu tidak diperbolehkan. Itu ngeri sekali," pungkasnya.
Massa pun mengakhiri aksinya sekitar pukul 16.45 WIB dengan tertib. Sebelumnya sempat ada respon dari pihak Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) yang berjanji akan meneruskan aspirasi ini kepada pihak rektorat.
Salah satu maba FSH yang merasakan keberatan dengan jumlah nominal UKT yang didapatnya jika tidak bisa turun, ia akan melakukan usaha untuk meringankannya, “Tapi jika ada demo lagi, ya saya ikut,” pungkas Arikal.
Yang lain, Affan mahasiswa Ushuluddin mendukung adanya aksi sore itu, “Sangat mendukung mahasiswa yang keberatan dengan UKTnya,” ia juga berpendapat bahwa aksi tersebut sebagian bentuk untuk mahasiswa menyuarakan aspirasi dan menuntut hak yang seharusnya dipenuhi oleh pihak birokrat kampus.
(Bur/Fat/Yaz)
0 Komentar