Sejumlah Mahasiswa turun aksi unjuk rasa di depan Gedung Grahadi Surabaya |
Rabu(14/9) Ratusan Mahasiswa dari seluruh
Kampus Surabaya, kembali gelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Grahadi Aksi
ini, dimulai sekitar 14.00 WIB, dimana Mahasiswa mulai melakukan arakan dari
jalan Basuki Rahmat hingga jalan Gubernur Suryo. Sempat terjadi blokade jalan di
sekitar ruas jalan Basuki Rahmat, namun hanya berlangsung selama 10 menit saja.
Kemudian para demonstran dapat di arahkan langsung menuju depan Gedung Grahadi,
dimana aksi akan diselenggarakan.
Mahasiswa ini, berasal dari ITS, UNESA, UPN, UNUSA, Wijaya Kusuma,
PENS, UNAIR dan Universitas lainnya. Setiap Kampus membawa sekitar 100 orang
partisipan yang turut serta turun ke jalan. Mereka telah di koordinir oleh
masing-masing korlap yang telah ditunjuk oleh Universitas. Dengan pengawalan
sekitar 700 pasukan POLRI, masa cukup dapat terkendali dan kondusif. Tidak ada
tindak anarkis antara aparat dan para mahasiswa. Semua dilakukan dengan jalan
damai.
"Kita telah melakukan persiapan dengan para personil, SOP selalu
diingatkan. Kemudian saya rasa antara aparat dan adik-adik mahasiswa saling
menjaga. Tadi bahkan ada yang datang, bilang mohon dibantu terkait keamanannya.
Lagi pula, dari universitas-universitas ini, sudah melakukan perizinan, jadi
diperbolehkan untuk melangsungkan unjuk rasa" Hal ini disampaikan oleh Pak
Andhika Lubis dari Kapolsek Genteng.
Sejumlah Mahasiswa ini, selain melakukan orasi juga membawa spanduk
bertuliskan macam-macam aspirasi yang ingin disampaikan kepada pemerintah
setempat. Mereka menuntut setidaknya pada tiga poin utama mengenai: membatalkan
keputusan menteri SDM tentang kenaikan BBM, meninjau ulang subsidi BBM dan memberikan
transparansi kepada masyarakat umum dan juga mengesahkan revisi ulang sejumlah untuk
sejumlah pasal RKUHP. Menurut pemerintah, adanya lonjakan dana APBN yang cukup
tinggi menjadi penyebab utama dari kenaikan harga BBM. Selain itu, kurang
tepatnya sasaran konsumsi BBM juga menjadi permasalahan berikutnya. Namun,
Mahasiswa menuntut agar kenaikan harga BBM dapat dikaji ulang, mengingat
Indonesia saat ini baru saja Pulih pasca pandemi.
Menyinggung hal tersebut, seorang mahasiswa hukum bernama Reyman,
"Menurut saya, memang benar APBN melonjak maka otomatis BBM naik. Tetapi
harusnya dari pemerintah sendiri dapat mengimbangi daya beli masyarakat dengan
subsidi yang tepat sasaran. Dari perspektif saya, kami sebagai mahasiswa ikut
mengawasi pemerintah dalam memberi subsidi pada masyarakat, untuk meningkatkan
daya beli. Jadi kita tetap memikirkan perekonomian Indonesia tapi bagaimana
masyarakat tetap bisa membeli BBM yang naik, sehingga daya jual seimbang.
Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai wakil rakyat untuk
mengawasi pendistribusian BBM agar terhindar dari kurang tepatnya sasaran
konsumsi BBM" Tuturnya pada tim Ar-Risalah.
Kendati demikian, pihak pemerintah hingga sekitar pukul 15.00 WIB belum
memberikan klarifikasi langsung kepada para peserta demonstran. Hal ini,
mengakibatkan adanya rasa tidak puas, dari teman-teman mahasiswa. Sebab tidak
adanya diskusi terbuka langsung antara pihak pejabat negara sebagai jembatan rakyat
dengan pemerintah dan para teman-teman mahasiswa selaku penyuara keadilan
rakyat. (Adv)
0 Komentar