Mentari terbenam di ufuk barat
Menyisakan semburat jingga yang hangat
Lantunan syair gusdur terdengar di angkasa
Pertanda adzan maghrib akan tiba
Aneka takjil berjejer di tepi jalanan
Melihatnya, perutku semakin keroncongan
Aroma harumnya menguar di udara
Memacu hasrat tuk membelinya
Takjil bukan semata makanan
Tapi juga lambang kebersamaan
Pun bukan hanya perihal nikmatnya rasa
Tapi juga tentang makna yang tercipta
Ohh, takjil, pelipur lapar dibulan puasa
Sejukkan jiwa di kala dahaga mendera
Pada setiap sajianmu terukir doa
Akan keberkahan dari sang Pencipta
Sebuah puisi berjudul "Takjil" oleh Rasika Santoso, mahasiswa semester 2 prodi Hukum Ekonomi Syariah
0 Komentar