“Kamu memiliki kendali atas pikiranmu, bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.” -Marcus Aurelius.
Judul buku: Filosofi Teras
Penulis: Henri Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Cetakan: ke-25
Tahun Terbit: 2018
Tempat Terbit: Jakarta
Halaman: xxvii+298 (326) halaman
Dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, banyak orang mendambakan ketenangan. Kecemasan, kekhawatiran, dan kekecewaan adalah hal umum yang dialami banyak orang. Alih-alih menjanjikan bagaimana menghilangkan kesulitan dalam hidup, buku ini berfokus pada pengembangan mental yang tangguh, sehingga pembaca dapat menghadapi segala tantangan dengan lebih baik.
Awal mula Henry Manampiring menulis buku “Filosofi Teras” ini karena dia pernah divonis menderita Major Depressive Disorder atau depresi pada tahun 2017. Saat mencari cara untuk mengatasi penyakitnya, ia menemukan ajaran stoisisme yang sangat membantunya. Terinspirasi oleh manfaat yang ia rasakan, Henry ingin berbagi pengetahuan ini dengan orang lain melalui buku yang mudah dipahami dalam bahasa Indonesia. Karena menurut pandangannya masih sedikit yang membahas filsafat stoa dalam bahasa Indonesia.
Buku ini mengawali pembahasan dengan survei tentang kecemasan yang semakin meluas dimasyarakat, buku ini juga menceritakan kisah pribadi penulis yang dipenuhi emosi negatif. Penulis menyebutnya “Filosofi Teras” dan menjelaskan bagaimana filsafat ini dapat membantu kita dalam menghadapi asang surut kehidupan dengan lebih tenang.
Buku ini mengajak kita untuk mengenal ajaran Stoisisme, sebuah aliran filsafat Hellenistik yang didirikan oleh Zeno dari Citium. Istilah “Stoisisme” sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “stoa” yang merujuk pada serambi atau teras tempat Zeno biasa mengajar para pengikutnya. Penulis memilih judul “Filosofi Teras” dengan pertimbangan bahwa istilah “Stoisisme” mungkin kurang familiar bagi sebagian besar pembaca, sehingga terjemahan langsung dari kata “stoa” dianggap lebih mudah diingat dan dipahami.
Dari 13 bab yang ada dalam buku ini terdapat ajaran yang menarik dan bermanfaat bagi pembacanya yaitu ajaran dikotomi kendali. Ajaran ini mengajarkan kita untuk membedakan antara hal-hal yang bisa kita kontrol seperti (pikiran dan tindakan) dengan hal-hal yang di luar kendali kita (seperti cuaca atau pendapat orang lain). Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih bijaksana dalam menghadapi hidup. Dengan fokus pada apa yang ada dalam jangkauan kita, kita akan lebih bahagia dan mengurangi kecemasan. Sebagai contoh: Ketika menghadapi masalah, kita tidak bisa mengubah masalah itu sendiri, tapi kita bisa mengubah cara kita menyikapinya. Dikotomi kendali mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita ubah, seperti sikap kita terhadap situasi. Dengan begitu, kita akan merasa lebih tenang dan bahagia. Namun, William Irvine menawarkan trikotomi kendali yang mana didalamnya memuat apa yang menjadi kendali kita, tidak menjadi kendali kita, dan juga menjadi bagian dari kendali kita (seperti perjalanan karir, perlombaan, dll).
Menurut pandangan Stoa, Definisi kebahagiaan yang hakiki bukan tentang merasakan emosi positif terus-menerus, melainkan kebahagiaan sejati dicapai ketika kita mampu mengendalikan emosi negatif seperti kecemasan dan kekhawatiran. Emosi negatif seringkali muncul karena kita terlalu memikirkan hal-hal yang di luar kendali kita, seperti opini orang lain. Dengan menerima kenyataan bahwa ada banyak hal di luar kendali kita, kita bisa mengurangi kecemasan dan stres. Teknik S-T-A-R (Stop, Think & Assess, Respond) dalam buku ini dapat menjadi alat yang berguna untuk menghadapi situasi yang memicu emosi negatif. Dengan menggunakan teknik ini, kita dapat merespons situasi dengan lebih rasional dan tenang.
Filsafat Teras juga menekankan pentingnya hubungan antar manusia. Namun, dalam kehidupan sosial, kita sering bertemu orang yang membuat kita kesal. Terutama di era media sosial, kita sering dihadapkan pada komentar negatif. Buku ini mengingatkan kita bahwa orang-orang mungkin tidak bermaksud jahat ketika bersikap seperti itu. Jadi, ketika kita merasa tersinggung, itu lebih kepada bagaimana kita merespons situasi tersebut. Kita memiliki kendali atas pikiran dan perasaan kita, dan kita bisa memilih untuk tidak membiarkan kata-kata orang lain mengganggu kita.
Konsep lain yang menonjol dari buku ini adalah membahas secara khusus tentang kematian. Menurut buku ini kematian adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Ketakutan kita terhadap kematian sebenarnya adalah hasil dari persepsi dan pikiran kita sendiri. Filsuf Stoik mengajarkan kita bahwa hidup yang bermakna lebih penting daripada sekadar panjang umur.
Kelebihan Buku
1. Inspiratif dan memotivasi
Filosofi Teras, seperti yang diulas Henry Manampiring, menawarkan panduan praktis untuk mencapai kebahagiaan. Dengan berbagi pengalaman hidupnya, penulis memberikan inspirasi nyata bagi pembaca untuk mengatasi berbagai tantangan dan meraih kesuksesan.
2. Mudah Dipahami
Dengan bahasa yang sederhana dan gaya penulisan yang menarik, Henry Manampiring berhasil membuat filsafat terasa mudah diakses oleh semua orang. Buku ini membuka pintu bagi siapa saja yang ingin memahami keindahan dan manfaat dari Filosofi Teras, tanpa perlu terbebani dengan istilah-istilah filsafat yang rumit.
3. Menawarkan solusi
Buku ini merupakan panduan berharga bagi siapa saja yang ingin mengatasi masalah hidup dan mengembangkan diri. Henry Manampiring memberikan solusi-solusi praktis dan pandangan yang positif untuk membantu pembaca menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
4. Membangun Karakter
Henry Manampiring, dengan kata-katanya yang penuh makna, mengajak kita untuk menggali potensi diri dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Buku ini adalah sebuah karya yang menginspirasi dan memotivasi kita untuk terus tumbuh dan berkembang.
5. Relevan dalam kehidupan sehari-hari
Karya tulis ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam menghubungkan teori dengan praktik kehidupan sehari-hari. Melalui beragam contoh kasus, pembaca diajak untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipaparkan dalam menghadapi berbagai tantangan. Dengan demikian, buku ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menjadi panduan yang berharga dalam meningkatkan kualitas hidup.
6. Desain yang menarik
Desain buku ini sangat diperhatikan, terlihat profesional dan menarik. Ilustrasi-ilustrasi yang lucu dan informatif menjadi pelengkap yang pas, sementara kutipan-kutipan inspiratif dari para filsuf Stoa disebar di setiap halaman. Tata letaknya pun rapi dan nyaman dipandang, membuat pengalaman membaca menjadi lebih menyenangkan.
Kekurangan Buku
Buku ini menyajikan pengantar yang menarik tentang stoisisme. Namun, terdapat beberapa kekurangan dalam penyuntingan buku ini. Salah satu yang paling mencolok adalah ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah dan ejaan. Penulis seringkali berganti-ganti antara menggunakan istilah “stoic” (dalam bahasa Inggris) dan “stois” (dalam bahasa Indonesia) tanpa memberikan penjelasan yang jelas mengenai perbedaan nuansa atau konteks penggunaan kedua istilah tersebut. Selain itu, terdapat beberapa kesalahan dalam mengeja nama-nama tokoh penting dalam Stoisisme, seperti “Epiktetus” dan “Markus Aurelius”. Meskipun demikian, ide-ide utama yang disampaikan dalam buku ini tetap relevan dan bermanfaat bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang filsafat kuno ini.
Penutup
“Filosofi Teras” adalah sebuah buku yang sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin menemukan ketenangan batin di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Buku ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang Stoisisme, tetapi juga memberikan panduan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca buku ini, kita akan diajak untuk lebih mengenal diri sendiri, mengelola emosi, dan menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Penulis: Rasika Santoso
Editor: Alfian Muslim
1 Komentar
Semangatt buat teman-teman Arrisalah, dunia jurnalistik sangat membutuhkan bibit penerus seperti kalian 👍🤩
BalasHapus