Fatherless: Mengapa Kehadiran Ayah Sangat Diperlukan?

Ditulis oleh: Khansa Fatin

Editor: Alfian Muslim

Ayah | Sumber: Freepik.com

Kehadiran seorang ayah dalam kehidupan seorang anak sangat lah penting dan memiliki dampak yang amat signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika seorang anak tumbuh tanpa kehadiran peran seorang ayah, hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Sosok ayah ternyata tidak hanya berperan sebagai pencari nafkah atau pelindung fisik bagi keluarganya, tetapi juga memiliki peran dalam memberikan kasih sayang, bimbingan, serta teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Sebuah studi pernah yang dilakukan di Amerika Serikat berjudul The Importance of Fathers in the Healthy Development of Children yang diterbitkan oleh U.S. Department of Health and Human Services pada tahun 2006. Penelitian ini mensurvei lebih dari 1.500 keluarga di seluruh Amerika Serikat mengenai keterlibatan ayah dan dampaknya terhadap kesehatan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan ayah mereka memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan kurang mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.

Beberapa temuan saya bahwa mereka yang kurang mendapatkan peran ayah di lingkungan keluarga memiliki tingkat kecemasan relatif lebih tinggi daripada yang lain. Hal ini dikarenakan mereka tidak dapat mengendalikan emosional diri dengan baik. Keadaan lain adalah kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Relasi hubungan tersebut tampak dalam fase komunikasi antar teman. Komunikasi yang terbata-bata, malu, salah paham, mudah terbawa emosi adalah beberapa masalah yang sering kali terjadi.

Selain itu, anak-anak yang tidak memiliki figur ayah sebagai teladan juga rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan sekitar. Agresivitas, perilaku berlebihan (hiperaktif), juga tidak patuhan atau kurang disiplin. Mereka juga akan lebih mudah melakukan aktivitas-aktivitas kurang baik seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas sebab mungkin disanalah mereka memiliki rasa aman atau dengan kata lain sebagai pelarian mereka dari rumah.

Peran sentral ayah bagi anak perempuan juga banyak berpengaruh daripada bagi anak laki-laki (tanpa menafikan keduanya). Dalam pengamatan saya, seorang perempuan lebih menginginkan memiliki anak laki-laki, sedangkan ayah menginginkan anak perempuan. Hubungan alamiah ini sudah umum dipahami dan diketahui masyarakat secara luas, terutama di Jawa. Sehingga apabila peran sentral tersebut hilang, seorang anak perempuan rentan mengalami depresi, kecemasan, serta kesulitan dalam mengontrol emosi. Hal ini dikarenakan perasaan kehilangan, kesepian, dan ketidakamanan yang dirasakan oleh anak. Mereka juga cenderung merasa memiliki harga diri yang rendah dan kurang berharga.

Kasus depresi berat memang jarang saya temui di lapangan. Sejauh pemahaman saya, pengaruh potensial masalah psikis yang membawa anak pada depresi divalidasi oleh sebuah karya ilmiah berjudul The Effects of Father Involvement on Child Development dalam Journal of Family Psychology. Penelitian ini menggunakan desain penelitian longitudinal. Para peneliti melacak perkembangan kognitif dan emosional lebih dari 600 anak dari usia bayi hingga remaja. Dengan mengumpulkan data pada beberapa titik waktu, peneliti dapat mengamati bagaimana tingkat keterlibatan ayah berhubungan dengan progres perkembangan anak. Hasil menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ayah yang terlibat aktif menunjukkan peningkatan keterampilan sosial dan penurunan tingkat kecemasan. Mereka juga mengatakan metodologi longitudinal memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang dampak jangka panjang dari kehadiran ayah.

Masalah sosial lain yang tak kalah pelik adalah krisis identitas yang juga memengaruhi tumbuh kembang sang anak. Biasanya kasus ini lebih sering dialami oleh anak laki-laki fatherless, dimana mereka akan mengalami kebingungan identitas maskulin dan peran gendernya. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki figur ayah yang dapat dijadikan contoh baik dan panutan dalam perkembangan identitas gendernya.

Tanpa peran ayah, anak juga cenderung memiliki rasa kurang percaya diri, terlebih dalam menyelesaikan suatu masalah (problem solving). Tidak adanya sifat “dare to lead and speak up”. Mereka akan kesulitan dalam hal memimipin karena kurangnya rasa percaya diri juga tidak adanya keberanian dalam mengungkapkan suatu hal yang mereka alami. Padahal peran seorang ayah dapat membantu anak untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan bermain bersama, mengajari anak cara berkomunikasi dan menyelesaikan konflik, serta mendorong anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Karena ayah sebagai kepala keluarga memang cenderung berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat mendorong anaknya melakukan hal serupa.

Karakter seorang anak juga ditentukan dari pola asuh ayah. Seorang ayah dapat menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam hal kejujuran, kerja keras, tanggung jawab, dan disiplin serta sebaliknya. Dengan kehadiran seorang ayah yang baik, anak-anak dapat belajar untuk menghargai perbedaan pendapat, mengelola konflik dengan baik, serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Sebagai orang tua, ayah memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan perlindungan, kasih sayang, dan bimbingan kepada anak-anaknya.

Saya rasa kita perlu memberikan dukungan dan apresiasi kepada para ayah agar mereka dapat terus memainkan peran mereka dengan baik dalam membimbing generasi penerus bangsa. Terlebih Indonesia, sebagai negara dengan jumlah anak yang cukup besar, perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap isu keberadaan ayah dalam keluarga. Pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan program-program pendukung bagi para ayah agar mereka dapat terlibat lebih aktif dalam kehidupan keluarga. Selain itu, penting juga untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya peran seorang ayah dalam perkembangan anak-anak.

Dengan peran yang kuat dari seorang ayah, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dengan baik, memiliki kepribadian yang kuat, serta mampu menjadi individu yang mandiri dan berhasil di masa depan. Sebuah keluarga yang utuh dan harmonis adalah kunci utama bagi perkembangan anak yang sehat dan berkualitas.

0 Komentar