Ditulis oleh: Rasika Santoso
Editor: Alfian Muslim
![]() |
Ilustrasi Buka Bersama | Sumber: freepik.com |
|
Dalam Islam, buka bersama bukanlah sekadar tradisi, melainkan anjuran yang memiliki dasar yang kuat. Nabi Muhammad SAW menganjurkan buka puasa bersama (bukber) itu mirip dengan acara makan bersama.
Dalam sebuah hadits yang datang dari sahabat Wahsyi bin Harb bahwasannya para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: (Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang? Rasulullah balik bertanya: Apakah kalian makan sendiri-sendiri? Mereka menjawab: Ya (kami makan sendiri-sendiri). Rasulullah pun menjawab: Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua. (HR Abu Dawud).
Lebih dari itu, buka bersama juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini dikarenakan bukber sering kali dijadikan momen untuk berkumpul kembali dengan teman atau kerabat yang sudah lama tidak bertemu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (QS. Ali Imran: 103). Dengan berkumpul dan berbagi hidangan saat berbuka, ikatan persaudaraan antar sesama Muslim dapat semakin erat dan harmonis.
Namun, mirisnya di era media sosial yang serba cepat dan terkoneksi ini, tradisi buka bersama tak luput dari pengaruh fenomena FOMO. Banyak orang yang merasa "wajib" ikut serta dalam setiap ajakan buka bersama, bukan karena niat ibadah atau silaturahmi, melainkan karena takut ketinggalan momen atau dianggap tidak gaul. Media sosial pun dibanjiri dengan foto-foto dan video bukber yang diunggah oleh teman, keluarga, bahkan influencer, semakin memperkuat tekanan FOMO ini.
Akibatnya, esensi dari buka bersama sering kali tergeser. Buka bersama yang seharusnya menjadi momen untuk berbagi, mempererat ukhuwah, dan meningkatkan keimanan, justru berubah menjadi ajang pamer dan unjuk eksistensi. Tak jarang, orang-orang lebih sibuk memotret makanan, mencari angle foto terbaik, dan mengunggahnya ke media sosial, daripada menikmati hidangan dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka.
Parahnya lagi, dalam beberapa kasus, bukber justru membuat seseorang kehilangan esensi ibadah Ramadan itu sendiri. Terlalu asyik mengobrol saat bukber, sampai-sampai lalai terhadap ibadah wajib, seperti salat Maghrib, salat Isya, atau bahkan tarawih. Padahal, Allah SWT telah mengingatkan kita dalam Al-Qur'an, "Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al-Ma'un: 4-5)
Tidak hanya itu, bukber yang berlebihan juga bisa menjadi beban finansial, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Memaksakan diri untuk menghadiri semua undangan bukber, hanya demi menjaga image atau memenuhi ekspektasi sosial, tentu tidaklah bijak.
Lalu, bagaimana agar kita dapat menjalankan tradisi bukber dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dan terhindar dari jeratan FOMO? Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
1.Luruskan Niat
Sebelum menghadiri undangan bukber, pastikan niat kita adalah untuk menjalankan sunnah, mempererat silaturahmi, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.
2.Prioritaskan Ibadah
Jangan sampai kesibukan bukber membuat kita melalaikan ibadah wajib, seperti salat fardhu berjamaah dan tarawih.
3.Sesuaikan dengan Kemampuan
Tidak perlu memaksakan diri untuk menghadiri semua undangan bukber. Pilihlah acara yang sesuai dengan kemampuan finansial dan waktu kita.
4.Gunakan Waktu dengan Bijak
Hindari berlama-lama mengobrol hingga lupa waktu. Manfaatkan waktu setelah berbuka untuk memperbanyak ibadah, seperti membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa.
5.Jadikan Media Sosial sebagai Sarana Kebaikan
Jika ingin mengunggah momen bukber di media sosial, pastikan niatnya adalah untuk berbagi kebahagiaan dan inspirasi, bukan untuk pamer atau mencari validasi.
Oleh karena itu, Buka bersama adalah tradisi yang indah dan penuh berkah jika dilakukan dengan niat yang tulus dan cara yang tepat. Jangan sampai momen yang seharusnya menjadi ladang pahala ini justru ternodai oleh FOMO dan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mari kita jadikan Ramadan sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak ibadah, dan mempererat ukhuwah Islamiyah.
Semoga Bermanfaat...
0 Komentar